NabiMuhammad; Muslimah; Kisah; Fatwa; Mozaik; Kajian Alquran; Doa; hadist; INTERNASIONAL Timur tengah; Palestina; Eropa; Amerika; Asia; Afrika; Jejak Waktu; Australia Plus; DW; EKONOMI Digital; Syariah; Bisnis; Finansial; Migas; pertanian; Global; Energi; REPUBLIKBOLA Klasemen; Bola Nasional; Liga Inggris; Liga Spanyol Rasulullahshallallahu 'alaihi wa sallam telah memberi wasiat kepada para sahabat agar mengambil Abdullah bin Mas'ud sebagai teladan, sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, "Berpegangteguhlah pada kepada ilmu yang diberikan oleh ibnu ummi 'Abdin". Diwasiatkannya pula agar mencontoh bacaannya, dan mempelajari cara membaca Al Nabi Muhammad. 3. "Beri makan yang lapar, Kunjungi yang sakit, Bebaskan tawanan." - Nabi Muhammad. 4. "Tinggalkan aku seperti aku meninggalkanmu, karena orang-orang sebelum kamu hancur karena pertanyaan mereka dan perbedaan mereka atas para nabi. Jadi, jika saya melarang Anda untuk melakukan sesuatu, maka jauhi itu. Baca Solidaritas Palestina dan Tafsir Ayat Persaudaraan. Kitab al-Ja'fariyyat meriwayatkan dengan sanad dari Imam Ali a.s. bahwasanya Rasulullah Saw telah bersabda: "Siapa yang bangun di pagi hari dalam keadaan tidak peduli terhadap urusan kaum Muslimin maka dia bukan termasuk orang Muslim. Vay Tiền Nhanh Chỉ Cần Cmnd Nợ Xấu. Dalam pidatonya di Yerusalem, Yahya Cholil Staquf menyerukan agar Palestina dan Israel berdamai. ANTARA FOTO/Wahyu Putro A Jakarta, CNN Indonesia - Kunjungan Yahya Cholil Staquf ke Yerusalem menuai kecaman dan kemarahan dari kalangan pembela Palestina. Meski menyatakan lawatan itu tidak mewakili posisinya sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden, ataupun Nadhlatul Ulama dimana dia menjadi Sekjen. Sejumlah kalangan menyayangkan lawatan Yahya yang terjadi di saat Israel melibas demonstran Palestina di Jalur Gaza. Lebih dari 120 demonstran Palestina tewas dan lainnya pidatonya yang diterima Yahya Staquf menyatakan misinya, selain atas nama pribadi sebagai warga muslim, tapi juga menyerukan kepada Israel dan Palestina untuk menghentikan pidato Yahya di Yerusalem Saya mengucapkan terima kasih kepada ICFR Israel Council on Foreign relations yang telah mengundang saya untuk datang dan berbicara di forum ini. Saya terharu. Saya, seorang Muslim, dari negeri mayoritas Muslim terbesar, dari organisasi Islam terbesar. Di tengah atmosfer yang diwarnai ketegangan, bahkan permusuhan, kebencian dan dendam, Anda mengundang saya. Anda meminta saya untuk berbicara. Dan Anda siap mendengarkan. Saya terharu. Saya tidak melihat makna lain dari ini, selain bahwa Anda semua mempunyai niat baik. Anda tulus menginginkan jalan keluar dari kemelut ini. Anda percaya, atau sekurang-kurangnya ingin menguji kepercayaan Anda, pada harapan akan perdamaian. Dan masa depan yang lebih saya datang kesini bukan atas nama Indonesia, negeri asal saya, bukan pula atas nama Nahdlatul Ulama, organisasi tempat saya mengabdi. Saya datang atas nama kegelisahan dan kesedihan saya pribadi. Kegelisahan dan kesedihan yang tumbuh diatas kesaksian saya akan penderitaan orang-orang Palestina. Karena penderitaan mereka bukanlah milik mereka sendiri saja. Penderitaan mereka adalah juga kekalutan Bangsa-bangsa Arab dan kegalauan Dunia Islam. Dan pada saat yang sama, laksana gambaran di seberang cermin, penderitaan Palestina adalah juga keresahan Israel dan kegamangan Dunia Barat. Dan kini, setelah berpuluh-puluh tahun, semua itu hampir-hampir mengarah pada keputusasaan umat tidak tahu, apakah masih ada diantara kita yang menyaksikan sendiri, bagaimana semua ini dimulai. Yang jelas, kita semua adalah anak-anak dari sejarah yang penuh masalah troubles. Sejarah yang diwarnai curiga, kebencian, rasa sakit dan amarah. Sejarah yang bergulir diluar kendali kita. Rangkaian sebab-akibat dari tindakan-tindakan diluar keputusan kita. Sejarah yang mewariskan kepada kita permusuhan dan ikatan saling menyakiti seolah perjanjian takdir.[GambasFacebook]Izinkan saya bertanya apakah kita ingin meneruskan warisan yang sangat tidak nyaman ini kepada generasi mendatang? Apakah kita senang anak-cucu kita merasakan ketidakberuntungan dan sakit seperti yang kita hidupi sekarang?Sudah berapa lama kita menanggung sakit ini? Sejak puluhan tahun yang lalu? Ratusan tahun? Ribuan tahun?Kini Anda memperingati 70 tahun berdirinya Negara Israel. Baiklah. Sudah berapa banyak, sejak 70 tahun yang lalu itu, orang mencoba menghentikan kemelut ini? Kakek-nenek kita? Bapak-ibu kita? Orang-orang besar datang dan pergi. Melakukan tindakan-tindakan paling berani. Berjuang untuk saling mengalahkan atau mendamaikan. Dan hari ini, kita masih seperti saya, Kyai Haji Abdurrahman Wahid, enam belas tahun yang lalu menceritakan pandangan seseorang tentang upaya penyelesaian masalah Israel-Palestina, yang menurut guru saya sangat menarik compelling. Menurut orang itu, upaya-upaya yang telah dilakukan selama ini hanya mempertimbangkan aspek-aspek politik dan militer, melibatkan hanya pemimpin-pemimpin politik dan militer, dan terbukti gagal. Maka patut dicoba untuk menambahkan unsur baru dalam upaya-upaya itu, yaitu unsur agama, dengan memberdayakan inspirasi-inspirasi agama dan melibatkan pemimpin-pemimpin REUTERS/Mohammed SalemKorban kekerasan di Jalur GazaGuru saya melihat gagasan itu sangat menarik. Tapi beliau juga melihat masalah besar, bahwa didalam setiap agama itu sendiri terdapat pertentangan-pertentangan pandangan, interpretasi, dan madzhab, bahkan pertentangan-pertentangan pula diantara para pemimpinnya. Maka gagasan itu kelihatan menarik sekali saat diucapkan, tapi pasti sulit sekali untuk Kedutaan Besar Israel di Washington, DC beberapa minggu yang lalu, seseorang meminta konfirmasi saya mengenai adanya ajaran-ajaran Islam yang mendorong permusuhan terhadap Yahudi. Saya tidak menjawab secara langsung pertanyaan itu. Saya katakan, saya ingin mencari jalan keluar. Dan kalau agama menghalangi jalan keluar, mari kita tinggalkan maksud saya menyarankan agar orang melepaskan diri dan membuang agama. Saya sendiri beriman kepada Tuhan dan rasul-rasulNya Ibrahim, Musa, Isa, Muhammad dan semua lainnya. Iman yang saya pilih ketimbang nyawa saya. Tapi dogma-dogma adalah interpretasi. Jika suatu interpretasi agama tidak membantu kita memecahkan masalah, mari kita jelajahi interpretasi-interpretasi mangatakan bahwa obat apa pun tidak akan ada gunanya bagi penderita diabetes dan penyakit jantung, kecuali mereka mengubah gaya hidup dan pola makan. Al Qur'an mengatakan إن الله لا يغير ما بقوم حتى يغيروا ما بأنفسهم"Sesungguhnya Tuhan tidak akan mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka".Jika ditengah perseteruan ini kita terus ngotot memandang pihak lain sebagai musuh, bagaimana mungkin kita mampu melihat peluang bagi perdamaian? Apa gunanya berbagi ini dan itu, menyepakati ini dan itu, mengatakan ini dan itu, jika kita tak pernah bersedia melepaskan cita-cita untuk membasmi lawan? Apakah kita akan terus bertarung sampai salah satu pihak musnah, walaupun harus selama-lamanya hidup dalam kesengsaran?Jika ingin menghentikan konflik, kita harus menghilangkan sebabnya. Kini setiap orang mengklaim bahwa sebab konflik ini adalah ketidakadilan. Maka masing-masing pihak menuntut keadilan. Tapi masing-masing punya perhitungannya sendiri-sendiri tentang apa yang adil dan apa yang tidak adil. Dan konflik pun terus berlangsung tanpa ada saya mengatakan sesuatu yang semua orang sudah tahu tapi entah kenapa enggan mengingatnya, apalagi melaksanakannya. Bahwa keadilan bukan hanya soal menuntut, tapi juga soal memberi. Maka keadilan tak mungkin terwujud tanpa kasih-sayang. Orang yang tidak bersedia memberikan kasih-sayang tidak mungkin mau mempersembahkan keadilan. Ini adalah ruh agama. Inilah ruh Anda melihat kini, bahwa akar konflik ini bukan lagi ketidakadilan, tapi permusuhan. Kebencian kepada pihak lain akan senantiasa mendorong Anda untuk berbuat tidak adil kepada mereka dan menyakiti REUTERS/Ammar AwadRamadan di YerusalemApakah hilangnya permusuhan tergantung pada kepuasan semua pihak akan keadilan? Bagaimana mungkin? Sedangkan masing-masing punya perhitungan yang berbeda tentang keadilan dan bersikukuh dengan keinginan untuk saling menghancurkan?Tidak. Hilangnya permusuhan adalah soal pilihan. Apakah kita memilih dendam atau memaafkan? Apakah kita memilih kebencian atau kasih-sayang? Apakah kita memilih bertarung hingga musnah atau berdamai dan bekerja sama?Jelas bahwa pilihan-pilihan yang menjadi syarat bagi perdamaian bukanlah pilihan-pilihan yang mudah. Tapi selama kita tidak mengubah pilihan dari yang selama ini kita jalani, tidak akan ada jalan keluar sama sekali.[GambasVideo CNN]O, Palestina, dapatkah engkau mengistirahatkan jiwamu dari kemarahan dan dendam? O, Israel, dapatkah engkau menunda keresahanmu tentang rasa tak aman? O, Arab, dapatkah engkau merelakan ruang untuk berbagi? O, kaum Muslimin dan Yahudi, dapatkan kalian meletakan rasa saling curiga dan membangun masa depan bersama dengan ruh iman? O, Dunia! Dapatkah kalian membuat jeda dari perebutan kuasa dan sumberdaya-sumberdaya untuk perduli pada manusia? Manusia dengan darah dan daging seperti dirimu? Manusia dengan hati dan jiwa seperti milikmu? Manusia dengan orang-orang yang disayangi seperti engkau dengan kekasih-kekasihmu?إلى الله المشتكى وهو المستعان ولا حول ولا قوة إلا يالله العلي العظيمTuhanlah tempat mengadu dan Tuhanlah tempat memohon pertolongan dan tiada daya dan kekuatan selain dengan pertolonganNya. nat/nat JAKARTA— Banyak kesulitan yang terjadi pada umat Islam terutama di Palestina dan negara lain yang sedang berkonflik. Namun sebagai orang yang beriman, sebaiknya tidak perlu resah, karena sesuai janji Allah SWT, bahwa suatu hari nanti umat Islam akan sampai pada masa kemenangan. Janji Allah ini tertuang baik dalam firman Allah dan hadits, diantaranya, surah Muhammad ayat 7 sebagai berikut يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ "Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong agama Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu." Hari ini, kita melihat banyak kelompok, organisasi, negara, dan individu yang yakin dengan Allah baik dalam hidup serta dalam mencari rezeki. Keberkahan ini juga berdampak pada segala segi kehidupan umat Nya. Umat Islam harus semakin bersyukur karena kini semakin banyak yang mendapatkan posisi dalam aspek politik, media, ekonomi, dan pendidikan. Kemenangan Islam juga ada dalam firman Allah lainnya, terdapat pada surat Al-Anfal ayat 45-46 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا لَقِيتُمْ فِئَةً فَاثْبُتُوا وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ ۖ وَاصْبِرُوا ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu bertemu pasukan musuh, maka berteguh hatilah dan sebutlah nama Allah banyak-banyak berzikir dan berdoa agar kamu beruntung. Dan taatilah Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berselisih, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan kekuatanmu hilang dan bersabarlah. Sungguh, Allah beserta orang-orang sabar.” Kemenangan Islam pasti akan turun. Jika kita membandingkan apa yang terjadi di hari-hari ini dan apa yang terjadi selama masa jahiliyah di abad yang lalu, kita akan tahu bahwa kemenangan sudah dekat. Cukuplah dikatakan, musuh-musuh Islam di era modern tidak pernah menghadapi mujahidin seperti itu, dan tidak terpikir oleh mereka bahwa umat Islam akan bangun dengan cara ini, dan panji pertempuran di sebagian besar pasukan Arab dan Islam tidak jelas. Janji Allah atas kemenangan juga terdapat dalam Ar-Rum ayat 47 وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ رُسُلًا إِلَىٰ قَوْمِهِمْ فَجَاءُوهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَانْتَقَمْنَا مِنَ الَّذِينَ أَجْرَمُوا ۖ وَكَانَ حَقًّا عَلَيْنَا نَصْرُ الْمُؤْمِنِينَ “Dan sungguh, Kami telah mengutus sebelum engkau Muhammad beberapa orang rasul kepada kaumnya, mereka datang kepadanya dengan membawa keterangan-keterangan yang cukup, lalu Kami melakukan pembalasan terhadap orang-orang yang berdosa. Dan merupakan hak Kami untuk menolong orang-orang yang beriman.” Sementara dalam surat Ghafir ayat 51, Allah SWT berfirman إِنَّا لَنَنْصُرُ رُسُلَنَا وَالَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ يَقُومُ الْأَشْهَادُ “Sesungguhnya Kami akan menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari tampilnya para saksi hari Kiamat.” Umat haruslah yakin bahwa orang yang membela agama Allah akan mendapatkan pertolongan dan mendapatkan anugerah kemenangan atas usahanya. Ketika umat yakin dengan datangnya kemenangan meski banyak rintangan, maka Allah akan memenuhi permintaan mereka. Termasuk melawan musuh-musuh Islam di Palestina. Sesuai sabda Nabi Muhammad SAW لتقاتلن اليهود حتى يقول الشجر والحجر يا مسلم يا عبد الله، ورائي يهودي تعال فاقتله “Kiamat tidak terjadi hingga kaum muslimin memerangi Yahudi lalu kaum muslimin membunuh mereka hingga orang Yahudi bersembunyi dibalik batu dan pohon, batu atau pohon berkata, 'Hai Muslim, hai hamba Allah, ini orang Yahudi dibelakangku, kemarilah, bunuhlah dia, ' kecuali pohon gharqad, ia adalah pohon Yahudi'." HR Muslim. Sumber islamweb Jakarta - Palestina, negeri nan suci dimana di dalamnya Masjidil Aqsa gagah berdiri. Negara yang telah lama terlibat konflik dengan Israel ini merupakan salah satu negara paling bersejarah bagi umat Islam. Perjalanan Rasulullah menerima wahyu sholat erat kaitannya dengan Masjidil Aqsa. Allah telah menyebutkan Palestina di dalam Al-Qur’an, begitupun di dalam hadis. Baby Ameena Putri Aurel Hermansyah Jatuh Sakit Saat Umrah, Atta Halilintar Ungkap Kesedihan Formasi Rakaat Sholat Tarawih 8 Rakaat Muhammadiyah 4-4-3 atau 2-2-2-2-2-1? Tentukan Awal Ramadhan 1444 H, Ini 124 Lokasi Rukyatul Hilal di Seluruh Indonesia Keberadaan negara Palestina sebagai negara yang diberkahi telah Allah sampaikan dalam Al-Qur’an. Pada zaman Rasulullah Palestina disebut sebagai negeri Syam, menjadi salah satu tempat terbaik untuk umat Islam. Negara ini juga disebut sebagai negeri yang diberkahi, karena disinilah Allah menyelamatkan Nabi Musa dari kejaran Firaun setelah menyeberangi Laut Merah, dan saat ia menerima wahyu dari Allah SWT. Beberapa hadis yang disampaikan oleh Rasulullah SAW menggambarkan tentang Palestina di akhir zaman, dan jadi tempat terbaik. Meskipun gempuran dan serangan sampai saat ini terus dilakukan zionis Israel, ada jaminan bahwa akan ada pejuang yang membela Palestina. Saksikan Video Pilihan iniLibatkan Barongsai, Banser Cilacap Tolak Yerusalem Ibu Kota IsraelHadis yang Menceritakan Tentang Palestina di Akhir Zaman1. Palestina jadi tempat terbaik sampai akhir zaman Mu’awiyah bin Abi Sufyan berkata, Saya mendengar Rasulullah bersabda “Akan senantiasa ada sekelompok umatku yang menegakkan agama Allah, orang-orang yang memusuhi mereka maupun tidak mau mendukung mereka sama sekali tidak akan mampu menimpakan bahaya terhadap mereka. Demikianlah keadaannya sampai akhirnya datang urusan Allah.” Malik bin Ya Khamir menyahut “Mu’adz bin Jabal mengatakan bahwa mereka berada di Syam.” Mu’awiyah berkata, “Lihatlah, ini Malik menyebutkan bahwa ia telah mendengar Mu’adz bin Jabal mengatakan bahwa kelompok tersebut berada di Syam.” HR. Bukhari Kitabul Manaqib no. 3369 dan Muslim dalam Kitabul Imarah no. 3548. 2. Palestina tempat hijrah di akhir zaman Di dalam hadis lain disebutkan, jika Palestina adalah tempat terbaik untuk hijrah di akhir zaman. Dari Abdullah bin Amru bin Ash berkata Saya mendengar Rasulullah bersabda “Akan terjadi hijrah setelah hijrah, maka sebaik-baik penduduk bumi adalah orang-orang yang mendiami tempat hijrah Ibrahim, lalu yang tersisa di muka bumi hanyalah orang-orang yang jahat. Bumi menolak mereka, Allah menganggap mereka kotor, dan api akan menggiring mereka bersama para kera dan babi.” HR. Abu Daud. Silsilah Al-Ahadis Ash-Shahihah nomor 3202 3. Palestina tempat khilafah akhir zaman tegak Dalam hadis lain disebutkan, Rasulullah SAW menyebutkan jika Khilafah akhir zaman akan tegak di Palestina. Abdullah bin Hawalah Al-Azdi berkata, “Wahai Ibnu Hawalah, jika engkau melihat kekhilafahan telah turun di bumi Al-Maqdis Baitul Maqdis, Palestina, maka pertanda telah dekat berbagai guncangan, kegundah-gulanaan, dan peristiwa-peristiwa besar. Bagi umat manusia, akhirnya lebih dekat dengan mereka dari sedekat telapak tangan ke kepalamu ini.” HR Abu Daud 4. Asqola, wilayah terbaik di Palestina Selain Baitul Maqdis dan serambinya, ada juga tempat terbaik lain di Palestina yaitu Asqolan meskipun Israel. Dari Ibnu Abbas bahwasanya Rasulullah SAW bersabda “Permulaan dari perkara Islam ini adalah kenabian dan rahmat. Kemudian tegaknya khilafah dan rahmat. Kemudian berdiri kerajaan dan rahmat. Kemudian berlaku pemerintahan kerajaan kecil-kecil dan rahmat. Kemudian orang- orang memperebutkan kekuatan seperti kuda-kuda yang berebut makanan. Maka pada saat seperti itu, hendaklah kalian berjihad. Sesungguhnya jihad yang paling utama adalah ribath, dan sebaik-baik ribath kalian adalah di Asqolan.” Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan. Oleh Musthafa Luthfi* HARI NAKBAH bencana, itulah sebutan yang diberikan oleh warga Palestina sehubungan dengan berdirinya negara Israel pada bulan Mei 1948 oleh negara-negara besar imperialisme. Sejak saat itu, bencana bangsa Palestina tak kunjung usai hingga lebih dari 62 tahun masa nakbah itu berlangsung hingga saat ini. Setiap tanggal 14 Mei adalah hari yang tidak terlupakan bagi bangsa Palestina dan bangsa Arab pada umumnya. Karenanya setiap datang tanggal kelabu itu rakyat Palestina dan dunia Arab pada umumnya memperingatinya sebagai Hari Nakbah, di lain pihak Israel memperingatinya sebagai hari jadinya. Sebuah pemandangan yang sangat kontras. Di satu sisi negara pencaplok memperingati hari jadinya di atas tanah caplokannya, di sisi lain bangsa terjajah yang terbuang memperingati bencana yang menimpanya yang belum ada tanda-tanda akan berakhir. Pada awal-awalnya peringatan tersebut berlangsung meriah dan penuh semangat, bahkan sering menjadi inspirasi dunia Arab untuk merebut kembali wilayah Arab yang diduduki negeri Zionis itu dengan kekuatan senjata, sebagaimana semboyan yang sangat terkenal di tahun 1950-an; “sesuatu yang diambil dengan kekuatan militer maka harus dikembalikan dengan kekuatan militer pula.“ Paling tidak hari Nakbah telah menginspirasikan dua perang besar Arab-Israel pascaberdirinya negeri Yahudi itu pada 1948, yakni perang 1967 dan perang 1973. Sayang kedua perang tersebut tidak berbuah ni`mah lawan dari nakbah buat bangsa Palestina, bahkan yang terjadi adalah sebaliknya. Nakbah demi nakbah menimpa, sehingga sebagian penulis Arab menyebut nakbah Palestina sebagai nakabaat bentuk jamak dari nakbah yang artinya nakbah demi nakbah bencana demi bencana menimpa. Kenyataannya memang demikian, setelah perang enam hari pada 1967 yang menyebabkan Israel berhasil memperluas pendudukannya di wilayah Arab dan Palestina, termasuk pendudukan kota Al-Quds, berlanjut dengan perang Ramadhan 1973 yang memupuskan kehebatan militer Israel yang pernah disebut sebagai kekuatan la yuqhar tak terkalahkan, tapi kenyataannya perang ini tidak membuat negeri Yahudi yang didukung kuat sekutu Baratnya, terutama AS, bergeming. Nakbah pun masih berlanjut. Yang terbesar adalah perang 1982 saat negeri zionis itu melakukan invasi ke Libanon dan berhasil meluluhlantahkan negeri mungil yang menampung ratusan ribu warga Palestina yang terusir dari tanah airnya. Dalam invasi itu diwarnai pembantaian sadis warga Palestina tak berdaya oleh pasukan Israel bersama pasukan Kristen Libanon yang menewaskan lebih dari 5 ribu warga Palestina tak berdosa di kamp Sabra dan Satila dengan aktor intelektualnya Ariel Sharon, mantan PM Israel yang sekarang masih dalam kondisi sekarat bagaikan mummi Fir`aun. Perang demi perang setelahnya telah menambah nakbah bagi bangsa negeri satu-satunya yang masih terjajah di muka bumi ini. Sebut saja misalnya perang musim panas tahun 2006 antara Hizbullah dan Israel, lalu perang terakhir yang pantas disebut holocaust di Gaza pada akhir 2008 hingga awal 2009 yang menewaskan lebih dari 2 ribu warga Gaza plus embargo yang tak kunjung berakhir hingga saat ini. Karena itu pantasnya nakbah itu diperingati setiap hari karena tiada hari bagi bangsa Palestina kecuali nakbah yang tiada henti. Meskipun demikian, sangat penting untuk menjadikan momentum 14 Mei sebagai hari nakbah al-uula bencana awal pada 1948 sebagai hari untuk mengingatkan bangsa Arab dan umat Islam pada umumnya tentang kewajiban mereka untuk membela tanah Palestina warisan para Nabi, yang di dalamnya terdapat tempat suci dan kiblat pertama kaum Muslimin. Sayang hari nakbah tersebut makin terlupakan, terutama setelah persetujuan Oslo pada 13 September 1993 antara Organisasi Pembebasan Palestina PLO dengan Israel. Persetujuan itu akhirnya telah menjadi almarhum yang dikubur tak lama setelah persetujuan itu tercapai sehingga persetujuan ini pun membawa nakbah pula bagi bangsa Palestina terjajah. Dalam lima tahun belakangan ini, hari nakbah ini benar-benar asing bagi masyarakat Arab sendiri. Bahkan pada HUT Nakbah ke-62 pada 14 Mei lalu, hanya dihitung dengan jari media massa Arab yang menyiarkan hari kelabu itu kepada publik, termasuk siaran unjuk rasa yang tidak lagi besar di bumi Palestina memperingati hari bencana itu, padahal paling tidak ratusan TV satelit Arab yang dipancarkan di udara. Tersibukkan Kenyataan inilah yang memang diidam-idamkan negeri Zionis dengan harapan yang lebih besar dari itu, yakni isu Palestina tidak lagi dijadikan isu sentral dunia Arab dan Islam agar negeri Palestina yang diidamkan tidak pernah ada. Seandainya harus ada, maka negeri Palestina “merdeka” tersebut harus sesuai dengan muwashafaat spesifikasi negeri Yahudi itu. Hari Nakbah makin terlupakan bukan hal yang aneh lagi dewasa ini, karena setiap negara Arab dan Islam tersibukkan dengan urusan dan masalah masing-masing yang sengaja diciptakan negeri-negeri imperialis. Pada HUT Nakbah tahun ini paling tidak ada tiga isu penting di kawasan yang menjadi fokus perhatian publik setempat, bahkan publik dunia yang cukup untuk menghilangkan perhatian umum dari nakbah Palestina. Isu pertama adalah nuklir Iran yang menunjukkan perkembangan penting, setelah Iran setuju menukar uraniumnya di Turki. Iran, Brasil, dan Turki, pada 17 Mei lalu di Teheran menandatangani satu perjanjian pertukaran bahan bakar nuklir yang bertujuan untuk menghilangkan kecemasan internasional menyangkut program atomnya. Negeri Mullah itu setuju menukarkan kilogram uraniumnya yang diperkaya dalam kadar rendah dengan bahan bakar nuklir yang diperkaya dalam kadar tinggi untuk digunakan bagi satu reaktor riset medis, di mana pertukaran akan berlangsung di Turki. Langkah maju Iran tersebut ternyata disambut dingin Barat, bahkan AS mengajukan draft rancangan sanksi baru yang lebih berat lewat forum DK PBB. Bagi Iran sendiri tidak ada yang perlu dikhawatirkan karena kecurigaan semula tentang sikap dunia Barat yang tidak menginginkan negara berkembang menguasai teknologi nuklir terbukti sudah lewat respon dingin dan tekanan lewat embargo. Meskipun tetap akan berdampak atas ekonominya, paling tidak Iran bisa beralasan untuk menguasai teknologi nuklir lebih cepat tanpa harus khawatir pemantauan Badan Energi Atom Internasional IAEA nantinya karena berhak menolak inspeksi akibat embargo. Isu kedua adalah latihan perang-perangan Israel yang diasumsikan sebagai cara untuk menghadapi serangan roket Hizbullah dan Suriah, bahkan kemungkinan Iran pada perang mendatang. Sebagian melihat latihan yang dimulai 23 Mei selama lima hari sepanjang perbatasan dengan Libanon itu sebagai bentuk persiapan negeri Zionis tersebut untuk menginvasi lagi Libanon sebagai balas dendam atas “kekalahan” pada perang 2006. Di lain pihak Iran pun melakukan latihan yang sama yang dimulai pada 24 Mei selama tiga hari yang mengkhawatirkan bangsa-bangsa di kawasan seolah-olah dua negara saling menunjukkan otot. Sebelum dua latihan itu berlangsung, telah diawali dengan saling gertak antara kedua negara sehingga menjadi fokus perhatian umum di bulan nakbah Palestina tersebut. Isu ketiga adalah masalah air Sungai Nil yang menjadi sumber kehidupan bagi Mesir dan Sudan. Pasalnya pada 14 Mei lalu sebanyak 4 negara dari total 9 negara di kawasan Sungai Nil menandatangani persetujuan inisiatif untuk mengubah jatah pembagian air Nil selama ini yang 80 persen lebih diperuntukkan untuk dua negara utama kawasan, yakni Mesir dan Sudan. Keempat negara itu yakni Ethiopia, Rwanda, Tanzania, dan Uganda menandatangani persetujuan tersebut Di Entebbe, Uganda. Tiga negara lainnya yakni Burundi, Kenya, dan Republik Demokrasi Kongo berjanji akan menandatangani perjanjian itu tahun depan, sementara dua anggota utama Mesir dan Sudan menolak tegas karena akan mengurangi jatahnya yang telah ditetapkan sejak tahun 1929 dan ditinjau lagi pada tahun 1959. Mesir bahkan mengancam akan melakukan segala cara, termasuk militer, untuk mempertahankan jatahnya mengingat Sungai Nil ibarat roh bagi bangsa Mesir. Selama ini dari 84 milyar kubik aliran sungai itu setahun, sebanyak 55,5 milyar kubik jatah Mesir lalu, Sudan sebanyak 18,5 milyar sehingga kedua negara menyedot sekitar 87 persen, sedangkan sisanya dibagi oleh 7 negara lainnya. Menghadapi ancaman Mesir tersebut Presiden Kongo dan PM Kenya bertemu dengan Presiden Mubarak di Kairo pada 23 Mei untuk menenangkan Mesir bahwa penandatanganan persetujuan inisitif tersebut tidak bermaksud membahayakan Mesir. Sikap Kenya dan Kongo ini masih belum cukup karena tidak menutup kemungkinan intervensi luar, terutama Barat dan Israel, untuk mengobarkan perang air di kawasan tersebut. Perimbangan kekuatan Dengan makin kompleksnya isu yang dihadapi oleh setiap negara kawasan, maka sangat sulit bagi dunia Arab untuk lebih fokus pada penyelesaian isu Palestina dewasa ini sehingga konsesi demi konsesi yang diberikan Arab pada Israel justru direspon negeri Yahudi itu dengan makin meningkatkan pencaplokan dan pengusiran warga Arab dari tanah air mereka, terutama di kota Al-Quds yang sedang menghadapi yahudisasi besar-besaran. Kenyataan ini lebih disebabkan dengan kesenjangan perimbangan kekuatan militer di kawasan yang diakibatkan keunggulan Israel mutlak atas kekuatan militer Arab. Senjata konvensional Israel unggul mutlak atas seluruh negara Arab, ditambah lagi lebih dari 200 hulu ledak nuklir siap ditembakkan ke kota-kota utama di seluruh dunia Arab, menjadi unsur penekan atas dunia Arab dalam setiap perundingan tentang Palestina khususnya dan konflik Arab-Israel pada umumnya. Karena itu bukanlah sesuatu yang aneh bila solusi mengakhiri nakbah itu adalah senjata nuklir. Senjata nuklir Arab atau paling tidak penguasaan teknologi nuklir yang dapat menjurus kepada pembuatan senjata pemusnah massal itu adalah sebagai pembuka jalan menuju berakhirnya nakbah yang telah berlangsung lebih dari seabad tersebut. Sebenarnya banyak alasan bagi dunia Arab untuk mulai dengan tegas menolak denuklirisasi secara sepihak. Munculnya Iran sebagai kekuatan nuklir baru di kawasan setelah Israel, bisa menjadi alasan telak untuk segera melakukan hal yang sama karena tidak ada dalih bagi negara-negara besar yang menggunakan Badan IAEA untuk menekan Arab agar tetap mempertahankan perjanjian non-prolifirasi nuklir NPT. Bila kawasan Timur Tengah ingin dijadikan kawasan bebas senjata nuklir, maka semua negara harus masuk dalam perjanjian NPT seperti yang selalu didengungkan Turki akhir-akhir ini. Arab seharusnya segera bergabung dengan Turki untuk mengkampanyekan isu ini sehingga Israel tidak lagi secara terus menerus berada di luar jangkauan hukum internasional. Barat tidak akan mengubah kebijakannya yang menjadikan Israel selalu di luar jangkauan hukum selama tidak ada usaha dari dunia Arab secara kolektif dan negara-negara Islam di kawasan, terutama Iran dan Turki yang saling mendukung mengkampanyekan masalah tersebut, dibarengi ancaman untuk keluar dari NPT bila negeri Zionis itu tidak bergabung dalam perjanjian NPT tersebut. Paling tidak Mesir pernah mencoba mengancam keluar dari NPT pada 1995 yang mendapat dukungan kuat negara-negara OKI dan GNB dengan alasan Israel enggan bergabung. Sayang karena tidak dilakukan secara kolektif oleh dunia Arab atau negara kawasan sehingga nyali Mesir sebatas ancaman sebab tidak mampu menghadapi tekanan Barat sehingga ancaman dicabut kembali. Sekarang waktunya ancaman dilakukan secara kolektif agar bargaining position posisi tawar dunia Arab bertambah kuat menghadapi sikap keras kepala negeri Zionis yang makin gencar melakukan yahudisasi kota suci Al-Quds. Walaupun Arab misalnya hanya sebatas berusaha menyamai senjata konvensional Israel, tetap saja senjata nuklir menjadi unsur penekan yang mengkhawatirkan pihak yang tidak memilikinya. Sudah waktunya antara Arab dan Iran saling dukung menyangkut kebijakan Timur Tengah sebagai zona bebas senjata nuklir dengan mendesak dunia secara bersama-sama agar Israel masuk bergabung. Bila tidak, setiap negara kawasan berhak memiliki kemampuan yang sama atau paling tidak teknologi nuklir yang dapat menjadi unsur tarhib intimidasi timbal balik. Singkatnya, nakbah Palestina sulit berakhir dalam posisi status quo no peace no war saat ini sehingga tidak berlebihan bila dikatakan bahwa senjata dan teknologi nuklir Arab bisa menjadi pembuka jalan menuju berakhirnya nakbah. Pengalaman-pengalaman sebelumnya menunjukkan bahwa negeri Zionis itu hanya akan tunduk pada logika kekuatan, tanpa itu jangan berharap banyak bila nakbah akan segera berakhir. [Sana`a – Yemen, 10 Jumadil Akhir 1431/ Penulis adalah kolumnis kini sedang berdomisili di Yaman

sabda nabi tentang palestina